5 Hal yang Perlu Diketahui soal Mutasi Virus Corona

Senin, 11 Mei 2020

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Virus Corona COVID-19 kini diketahui telah bermutasi dan menjadi kekhawatiran di tengah masyarakat. Beberapa penelitian mengatakan, mutasi ini membuat virus lebih berbahaya, tetapi ada juga yang mengatakan itu membuatnya lebih lemah.

Dikutip dari The Guardian, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang mutasi virus Corona sebagai berikut.

 

1. Apakah virus bermutasi?

Semua virus bermutasi, tak terkecuali virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 ini. Mutasi ini muncul saat virus mereplikasi diri di dalam sel dan menyalin kode genetiknya. Pada manusia, gen ditulis dalam DNA dan beruntai ganda, sedangkan virus corona dengan RNA dan beruntai tunggal.

2. Seberapa cepat bermutasi?

Virus Corona cukup stabil saat bermutasi. Para ilmuwan telah menganalisis 13.000 sampel di Inggris sejak pertengahan Maret, dan menemukan bahwa mutasi baru muncul sekitar dua kali dalam sebulan.

Tingkat mutasi juga perlu diketahui, karena semakin cepat virus bermutasi akan mengubah perilakunya dalam menginfeksi. Jika virus berkembang cepat, bisa jadi akan lebih sulit membuat vaksin untuk melawannya.

Selain itu, beberapa bagian virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh bisa jadi sudah berubah, sehingga sulit ditangani oleh imunitas. Hal ini disebut mirip dengan virus influenza yang bermutasi dengan cepat, sehingga butuh vaksin yang berbeda tiap tahunnya.

3. Bagaimana bisa jenis virus Corona bervariasi di dunia?

Kode genetik virus Corona di seluruh dunia menunjukkan terbagi menjadi beberapa kelompok saat menyebar. Hal ini pun dipandang wajar oleh peneliti.

Para peneliti di Jerman mengidentifikasi tiga kelompok genetik utama virus Corona pada bulan April lalu, yang mereka beri nama A, B, dan C. Kelompok A dan C sebagian besar ditemukan di Eropa dan Amerika, sedangkan B lebih umum di Asia Timur.

4. Kenapa mutasi penting untuk diketahui?

Mutasi ini bisa menjadi peluang untuk menghambat penyebaran virus Corona di dunia, tapi mutasi juga berpotensi membuat virus lebih mudah menyebar. Ini juga bisa membuat virus lebih efisien dan berbahaya dalam menginfeksi sel tubuh manusia.

Menurut Profesor Nick Loman, di University of Birmingham, saat virus bermutasi, para peneliti akan mempelajarinya dan bisa digunakan untuk melacak infeksi dari satu orang ke kelompok. Bisa juga untuk melacak wabah dan menemukan kasus penularan dari asalnya.

Tapi, Prof Loman menegaskan penelitian ini harus dipantau secara intensif. Hal ini karena akan berguna untuk mengetahui bagaimana virus bermutasi dan bereaksi terhadap obat dan vaksin yang ada nantinya.

5. Penelitian terkait mutasi virus Corona

Para ilmuwan di Amerika Serikat menemukan mutasi virus Corona COVID-19 yang dianggap memiliki strain yang jauh lebih mematikan dari sebelumnya. Mutasi virus Corona ini telah menyerang Eropa dan Amerika Serikat, bahkan bisa menginfeksi kembali pasien yang telah sembuh

Mengutip dari Sky News, peneliti di Los Alamos National Laboratory menjelaskan telah mendeteksi 14 mutasi protein pada virus ini, salah satunya dikenal dengan nama Spike D614G. Dalam risetnya menunjukkan bahwa mutasi yang pertama kali teridentifikasi di Eropa ini berbeda dengan yang menyebar di awal pandemi.

Di India, para ilmuwannya juga mengidentifikasi jenis mutasi virus Corona yang berbahaya, yang dinamakan A2a. Dikutip dari Daily Star, para ilmuwan di National Institute of Biomedical Genomics (NIBMG) India menyebut A2a ini jadi jenis yang lebih dominan muncul di dunia.

Strain A2a ini disebut jauh lebih berbahaya dibandingkan jenis virus asli dari China yang mereka sebut sebagai tipe O. Seorang ahli genetika senior di NIBMG, Partha Majumder, mengatakan bahwa mutasi A2a lebih efektif dalam menginfeksi manusia dibandingkan jenis mutasi lain.

Selain itu, ilmuwan di Arizona State University menemukan mutasi virus Corona kian melemah dan bisa jadi satu harapan agar wabah cepat terselesaikan. Mutasi yang ditemukan itu hampir sama dengan mutasi yang ditemukan pada virus SARS 2003, yang memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melewati sistem kekebalan tubuh seseorang.

"Para ilmuwan di Arizona telah mendeteksi mutasi dalam sampel virus corona baru. Jangan khawatir, virus itu telah kehilangan sebagian potensinya," kata Former Director of the World Health Organization (WHO) Cancer Programme, Karol Sikora, mengutip dari Express.