Nusaperdana.com, Pekanbaru - Kalemdiklat Polri Komjen Arief Sulistyanto memberikan arahan kepada personel dan 203 siswa bintara Polda Riau di SPN Polda Riau, Jumat (28/02/2020).
Dalam kesempatan itu Arief mengatakan meskipun kondisi fasilitas SPN Polda Riau sangat minim dan serba kekurangan namun proses diklat harus berkualitas.
“Kalian akan berdinas di tengah-tengah masyarakat dan harus tahu apa kewajiban yang harus dilakukan. Kalian bukan polisi karnaval, menggunakan seragam polisi tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan tugasnya di tengah masyarakat,” kata Arief.
Dalam kesempatan itu Arief memutarkan video analogi bahwa padi yang baik akan tumbuh dari bibit yang baik, petani yang baik, dan lahan yang baik. Padi adalah para siswa, petani adalah guru atau tenaga pendidik, dan lahan adalah tempat pendidikan.
“Padi yang baik harus diperoleh dari bibit yang baik. Kalau sumbernya tidak baik, ya hasilnya tidak akan maksimal, bahan baku harus maksimal. Harus dididik dengan cara yang baik, kurikulum dan materi yang baik, sehingga jika semua baik, dia akan lahir dengan proses yang baik. Bayangkan kalau masuk sudah nyogok kesana kemari, maka kalau keluar dia akan pikir untuk mengembalikan,” tambahnya.
Hal lain adalah Arief mengingatkan di tempat tugas nanti polisi-polisi muda ini akan menemukan banyak orang baik di internal maupun eksternal dengan berbagai sikap dan perilaku. Untuk itu mereka tetap harus konsisten dengan hal baik yang sudah diajarkan.
Jangan menyimpang karena akan jadi dosa sebab mereka sudah terikat sumpah kepada Tuhan.
“Tanamkan dalam diri untuk menjadi polisi yang baik. Titi karier, tanamkan cita-cita untuk menjadi perwira, tanamkan dari saat ini dalam diri masing-masing, untuk menjadi perwira. Untuk jadi perwira itu harus sejak sekarang dan bukan 15 tahun lagi. Harus dimulai dari sekarang. Itulah visi, cita-cita untuk menjadi panduan dan koridor kita dalam bertugas. Siapkan diri untuk berkompetisi dengan sehat,” imbuhnya.
Pengasuh juga tidak mengharapkan balasan apapun dari para siswa, kecuali mengharapkan para siswa untuk menjadi polisi yang baik berkarya di tengah-tengah masyarakat. Itulah yang akan jadi kebanggaan yang tidak ternilai harganya dan semoga selalu menjadi amal jariyah untuk para pengasuh. Bintara adalah yang akan mengawaki polisi di lapangan. 80 persen anggora Polri itu bintara.
“Semua perlu kesungguhan, sehingga para siswa tahu apa yang harus dilakukan. Bukan hanya kurikulum, tapi makan, tidur, dan nilai kalian dilaporkan melalui sistem kepada kami. Ini cara kami memastikan kalian baik. Kalian akan menjadi brigadir polisi dua remaja.
Masyarakat tidak mau tau kalian polisi baru kemarin. Yang masyarakat tahu kalian punya tugas dan tanggungjawab. Jangan main gebuk, main asal tangkap akhirnya masyarakat marah dan kantor polisi di bakar. (putra/rls)