Menko Luhut: Indo-Pacific World Economic Forum Akan Dilaksanakan di Jakarta

Sabtu, 25 Januari 2020

Nusaperdana.com, Swiss - Keberhasilan Indonesia nampaknya semakin diperhitungkan di kancah Internasional, hal itu dibuktikan dengan dipilihnya Indonesia dalam mengorganisasikan Indo-Pacific World Economic Forum yang rencananya akan dilaksanakan pada Juli mendatang.

Hal itu diungkapkan Menko Marves Luhut B. Pandjaitan di sela-sela kunjungan kerjanya di Davos, Swiss. Di hari ke-4 kunkernya ini, terhitung sudah menghasilkan banyak perjanjian-perjanjian baru khususnya di bidang Investasi, yang tentunya menguntungkan Indonesia.

“Nanti ini pada 7-9 Juli 2020, Indonesia diminta oleh World Economic Forum untuk mengorganisasi Indo-Pacific World Economic Forum di Jakarta,” kata Menko Luhut.

Untuk acara tersebut, Menko Luhut memaparkan biasanya dibikin secara ASEAN, namun kali ini diperlebar cakupannya. Sehingga sudah dipastikan pesertanya itu akan besar sekali. 

“Jadi yang kami paham tadinya World Economic Forum Asean seperti di Vietnam, tapi ranahnya lebih besar lagi karena melihat potensi Indonesia tadi. Nah seperti ini saya pikir memang membuat Indonesia ini hebat. Kenapa ini bisa? Karena menurut saya kita kerjanya terintegrasi, selain itu juga karena leadership presiden itu membuat warna sendiri yang transparan, yang memberikan contoh. Jadi ini saya kira momentum yang harus kita eskplortasi betul-betul,” jelas Menko Luhut.

Bukan hanya itu saja, Menko Luhut mengaku banyak ‘oleh-oleh’ hasil kunker di Davos yang dibawanya ke Indonesia. Di antaranya:

Australia berencana Investasi dari hydropower dan bushfire

“Sebenarnya sangat banyak saya pikir yang saya juga ga pernah duga, misalnya tiba-tiba staf saya mengajukan pertemuan dengan Andre Forest, pengusaha dari Australia, awalnya saya tidak tahu, tapi setelah saya ketemu, dia langsung bilang kalau mau investasi di Indonesia. Dia salah satu orang terkaya di Australia. 

Pihak Australia rencananya ingin berkunjung ke Indonesia pada Februari mendatang untuk melakukan investasi mengenai hydropower dan bushfire (kebakaran hutan).

“Dia bilang mau bangun kerjasama bushfire dengan Indonesia. Saya bilang kebetulan saya dulu yang menangani bushfire dengan yang paling parah tahun 2015, jadi saya punya pengalaman juga untuk itu. Jadi kita punya suatu teknologi untuk kerjasama,” ujarnya. 

Tak hanya itu, lanjut Menko Luhut, rencananya pihak Australia juga ingin terlibat masalah sampah plastik. “Dia bilang ingin mendonasikan uangnya. Uangnya dia hampir USD 3M untuk urusan kemanusiaan. Nah ini satu yang menurut saya sangat hebat,” ungkapnya.

Selain itu, ada pula kerja sama untuk penanganan hydrogen, carbon credit, mengenai startup yang jadi misalnya micro credit. “Dia mau nanganin terlibat masalah petani, nelayan, yang mendapat ikan tidak bagus, dan banyak sekali. Angkanya bervariasi. Namun satu hal, Indonesia menjadi perhatian mereka,” tegas Menko Luhut.

Hyundai gandeng LG untuk Investasi di Indonesia

Menko Luhut berharap dengan Hyundai menggandeng LG untuk mobil listrik dan autonomous sehingga investasi khususnya dalam bidang transportasi bukan hanya dari Jepang saja.

“Jadi LG itu kemarin kita berbicara, jadi saya bilang gini, jangan hanya Jepang terus, kita bilang jepang baik, dont get me wrong ya, tapi ayo dong bersaing, sekarang  94% mobil di Indonesia dikontrol oleh Jepang. Kan ga sehat itu. Jadi kalau ada apa-apa sama dia, mati kita,” ungkap Menko Luhut. 

“Saya bilang lapor presiden, kita dorong lah ini Hyundai. Masuk lah hyundai. Tapi ada lagi yang lain, Cina mau masuk biarin aja, jangan Hyundai saja, karena Jepang belum mau masuk di mobil listrik. Tapi ujungnya saya bilang ke mereka, kalian mau ga masukin LG kalian itu untuk lithium battery, karena CITL dengan Cina dia mau masuk di situ, saya bilang kami segera bicarakan ini. Nanti pertemuan di Jakarta akan kami laporkan sebelum groundbreaking ini. Nah kalau ini terjadi, kita sudah punya 2 pemain lithium battery di Indonesia. Indonesia jadi keren loh,” perjelas Menko Luhut.

Sovereign Wealth Fund Terus Berkembang

“Untuk Sovereign Wealth Fund yang kita bentuk saat ini berkembang terus, ini memang ide awal dari kami, tapi yang jahit itu Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), karena mereka punya pengalaman hebat dengan Singapore, India, Mesir, dan negara-negara lain,” kata Menko Luhut.

Sehingga, jelas Menko Luhut, sekarang apa yang Indonesia buat benar-benar international standar, dengan Sovereign Wealth Fund sendiri rencananya banyak negara-negara lain yang ini masuk terlibat.

“Kita harus ciptakan suasana yang bagus. Jadi semua kita buat sinergi, semua kita buat dengan baik,” ungkapnya. 

Menjadikan Indonesia Super Power dalam Carbon Credit 

Untuk semua hasil yang didapat Indonesia saat ini, Menko Luhut mengungkapkan tidak lepas dari kerja keras Presiden Jokowi dalam 5 tahun belakangan ini. Untuk itu, Kementerian/ Lembaga terkait akan terus bekerja sama demi memajukan Indonesia semakin baik lagi, salah satunya menjadikan Indonesia sebagai super power carbon credit.

“Seperti misalnya yang disiapkan oleh tim kami dengan KLHK, bagaimana carbon credit bisa memainkan peran menjadi Indonesia super power dalam carbon credit. Karena sekarang masalah fight against climate change ini menjadi isu di Eropa. 2030 mereka tidak mau lihat lagi mobil biasa itu di Eropa, dia harus ganti Electric Car atau sampe autonomous,” ujarnya. 

Dalam hal ini, Menko Luhut menjelaskan bahwa Indonesia leading di situ, berpotensial, sehingga jika kita kerjakan sesuai target, seperti dengan morowali project, kemudian lahir lithium battery, Hyundai groundbreaking mobil listrik di Jakarta, maka dalam 3 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi pemulai pemain dunia bahkan pemain kunci.

“Karena lithium battery kita banyak. Sekarang lithium battery ini masih sampai mungkin 20-30 tahun ke depan, itu masih jadi merger player itu. Nah tapi orang tidak nyaman lihat itu. Saya bilang masa harus berpuluh-puluh tahun kita sumber material saja? ekspor doang? lihat freeport tuh contoh, 50 tahun kita hanya ekspor tembaganya saja, kapan nilai tambah kita dapat? nilai tambah kan bawa lapangan kerja, bawa pajak, bawa teknologi, bawa pendidikan. ya seperti morowali itu loh. kalau tidak ada morowali, ada tidak politeknik yang bagus di sana? tidak ada kan,” paparnya.

Jadi sekarang semua diperbaiki, sehingga timbulah titik-titik pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan pendidikan, kemudian juga koridor baru pembangunan. 

Dengan demikian, jika Indonesia terus mengalami pertumbuhan seperti ini, Menko Luhut mengungkapkan capaian target pertumbuhan ekonomi bisa sampai sekitar 6%.

“Kalau menurut saya pribadi, kita di akhir 2024 itu mencapat 6% lebih pasti lah menurut saya. saya memang background tentara, tapi dengan banyak praktis di luar dan dibantu para ekonomi, kalau begini terus kira-kira kita akan optimis,” ujarnya.

Macquarie Group Investasi NPAP

Menko Luhut mengungkapkan bahwa Macquarie Group berencana melakukan investasi di Indonesia dalam aksi nasional mengurangi sampah plastik atau NPAP.

“Mengenai investasi tadi, Macquarie itu ternyata juga dengan Andrew Forest, mereka rupanya sudah melihat bahwa peluang di Indonesia itu cukup bagus dan tinggi untuk mereka investasi, mengenai plastik di forum NPAP, serta juga melihat Indonesia itu jadi leader. Mereka melihat apa yang Indonesia kerjakan itu maju sekali,” kata Menko Luhut.

Hal ini menunjukkan bahwa apresiasi mereka terhadap kinerja pemerintah sekarang ini dilihat betul-betul serius mengerjakannya. Selain sampah plastik, keduanya juga konsen mengenai citarum. 

“Sungai citarum, mengenai penanganan plastik, dan sebagainya. Semuanya sedang kita bahas,” tambah Menko Luhut. 

Standard Chartered Investasi Dana Energi Baru Terbarukan

“Standard Chartered melihat mengenai pendanaan terhadap energi baru terbarukan. Mereka mau mobilisasi dana bukan untuk Indonesia saja, berapa ratus miliar dolar karena itu jadi issue,” ungkap Menko Luhut. 

Kepada Menko Luhut, pihak Standard Chartered menanyakan mengenai energi baru terbarukan dan berapa banyak potensi energi baru terbarukan. 

“Dan kata saya sih, jelas banyak. Misalnya nanti luas danau di Indonesia aja berapa puluh ribu hektar. Kita katakanlah 5% kita gunakan untuk floating panel saja itu bisa menghasilkan berapa ribu megawatt renewable energy. Kita sudah berpengalaman mengenai floating energy yang ada di Danau Ciratas 145 megawatt,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Menko Luhut, saat ini juga sedang dikembangkan misalnya seperti Danau Toba 145 hektar ,“Misalnya danau toba itu luas kita bikin 150 hektar itu sama dengan 150 megawatt, cukup mungkin menyinari seluruh kabupaten yang di Danau Toba,” pungkasnya.

Selain membahas energi baru terbarukan, Menko Luhut juga menjelaskan mengenai pembangunan Ibu Kota Baru yang dipercaya membuat Indonesia nantinya semakin ke depan dan semakin maju.

“Ibu Kota Baru ini akan membuat Indonesia nanti langsung ke depan. Karena mampu membuat suatu kota ini menjadi electric car atau autunomis car dan itu juga jadi green city, energy green. Itu memang luar biasa, nah industrinya bisa dikembangkan apalagi di nickel ore,” kata Menko Luhut. 

Menko Luhut juga menjelaskan bahwa kadang-kadang negara berkembang dengan negara maju itu berbeda cara melihatnya. 

“Ya negara maju itu mungkin dengan SDM yang lebih bagus, pendekatannya juga beda dengan kita yang kualitas SDM nya belum homogen.  Masih heterogen sekali. Nah ini juga saya bilang tidak bisa begitu,” ujarnya.

“Negara-negara yang bikin masalah ribut di dunia ini kan sebenernya negara yang memiliki nuklir power. Nah kita kan tidak. Tapi kadang-kadang kita tidak dianggap sama mereka. Nah jangan kira kita tidak bisa jadi negara nuklir power. Bisa aja, tapi kita belum mau,” tambahnya.

Akhir penjelasan, Menko Luhut menegaskan bahwa Indonesia adalah tempat investasi yg bagus. Para Investor melihat renewable energy. 

“Jadi banyak yang tidak sadar bahwa kita yg terbesar di dunia. Setelah itu baru mungkin Colombia, hanya Colombia sudah lebih maju sedikit dalam penanganan carbon credit karena lebih kecil negaranya tapi kita lebih besar sayapnya dari dia. Dan kita sebagai global player, Mau tidak mau, suka tidak suka,” tutup Menko Luhut.