Sumber Foto: Detik.com
Nusaperdana.com, Jakarta - Bagian besar dari roket milik China yang diluncurkan ke angkasa baru-baru ini jatuh kembali ke Bumi. Masalahnya, roket itu meluncur tak terkendali walau akhirnya tidak membahayakan karena mendarat di lautan Atlantik.
Dikutip detikINET dari CNN, jatuhnya roket China tersebut sempat menimbulkan ketegangan selama beberapa jam lantaran jalurnya dan juga lokasi pendaratannya sempat jadi misteri.
Jadi pada 5 Mei silam, China meluncurkan roket Long March 5B yang menggendong pesawat antariksa prototipe. Penerbangan dilakukan di Wenchang Space Launch Center di Provinsi Hainan.
Dengan berat hampir 18 ton, bagian inti roket itu kemudian jatuh dan menjadi sampah antariksa dengan ukuran terbesar yang jatuh tanpa terkendali ke Bumi sejak tahun 1991. Ia menempati ranking keempat sampah angkasa terbesar yang jatuh ke Bumi.
Biasanya, roket besar semacam itu punya pengendali sehingga bisa didaratkan di arena yang ditentukan, namun tidak demikian dengan Long March 5B. Untungnya, jatuhnya bagian besar roket semacam ini biasanya tak sangat berbahaya atau menimbulkan kerusakan luas kalaupun tidak mendarat di lautan.
"Bagi obyek besar semacam ini, komponen padat seperti mesin roket bisa bertahan saat jatuh ke Bumi," cetus Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.
"Sekali obyek itu mencapai atmosfer rendah, jatuhnya menjadi relatif lebih lambat, sehingga skenario terburuk adalah bisa menghancurkan sebuah rumah," tambahnya memberi ilustrasi.
Melacak obyek semacam itu yang bergerak cepat di atmosfer adalah hal yang sangat sulit. SpaceTrack yang mendeteksinya hanya dapat memberi batasan area jatuhnya, tidak bisa secara persis.