Gerakan Satu Hati Jilid 2, Langkah Penting Pengentasan Stunting di Kabupaten Indragiri Hilir


Nusaperdana.com, Indragiri Hilir - Stunting masih menjadi permasalahan serius di Kabupaten Indragiri Hilir yang mengancam masa depan. Prevalensi stunting di Kabupaten Indragiri Hilir di tahun 2019 sempat berada pada angka mengkhawatirkan, yakni 18,34 persen dari total 11.017 balita ditimbang atau setara 2.021 balita penderita stunting.

Stunting atau merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat dari kekurangan gizi kronis yang bahkan berpotensi kematian. Untuk itu, diperlukan keseriusan bahkan intervensi pemerintah dalam upaya pengentasan stunting.

Sebagai wujud komitmen pengentasan stunting. Pada Februari 2020 silam, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Indragiri Hilir meluncurkan sebuah aksi nyata pengentasan stunting bernama "Gerakan Satu Hati".

Gerakan Satu Hati atau GSH lahir atas kerisauan akan tingginya angka stunting di Kabupaten Indragiri Hilir, yang mana Kabupaten Indragiri Hilir sempat menempati posisi ke-5 (Kelima) penderita stunting terbanyak se-Provinsi Riau.

GSH yang dilaksanakan pada 2020 lalu, dibagi menjadi 6 (enam) kegiatan inti, yaitu Penimbangan Serentak, Sapta Desa (Sarapan Tambahan Anak di Desa), Pemberian Vitamin A, Imunisasi Lengkap, Pemeriksaan Ibu Hamil dan Ibu Menyusui serta KB (Keluarga Berencana).

Target utama dari GSH ini adalah identifikasi jumlah riil penderita stunting yang perlu penanganan. Pelaksanaan GSH kala itu pun meraih sukses. Dari kegiatan tersebut, diketahui data pasti penderita stunting yang terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir, yakni 2.274 dari 34.526 balita ditimbang.

Fokus penanganan di sepanjang tahun 2020 pasca langkah identifikasi melalui Gerakan Satu Hati berbuah manis. Tercatat, terjadi penurunan persentase jumlah penderita stunting hingga berada pada level 4 persen.

Sejak awal 2020, diketahui bahwa Indonesia, tidak terkecuali Kabupaten Indragiri Hilir dilanda pandemi Covid-19. Pemerintah pusat menginstruksikan adanya realokasi atau refocusing anggaran secara besar-besaran untuk penanggulangan pandemi Covid-19 dan terus berlanjut hingga tahun 2021. Hal ini berimbas terhadap minimnya alokasi anggaran untuk pengentasan stunting. 

Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir tampak kesulitan untuk memberikan perhatian penuh dalam upaya pengentasan stunting, tercermin dari jumlah dana anggaran pengentasan stunting yang hanya mengandalkan alokasi pemerintah pusat sebesar Rp 750 juta.

Berdiri sebagai organisasi kemasyarakatan yang juga adaah mitra pemerintah, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) berinisiatif untuk kembali menggalakan Gerakan Satu Hati dengan sebutan Gerakan Satu Hati Jilid 2.

Menurut Ketua TP PKK Kabupaten Indragiri Hilir, Hj Zulaikha Wardan, Gerakan Satu Hati merupakan perwujudan dari 10 program pokok TP PKK di bidang kesehatan, tepatnya pada Kelompok Kerja (Pokja) IV (Empat).

Zulaikha yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Tim Pelaksana Gerakan Satu Hati mengungkapkan, Gerakan Satu Hati Jilid 2  berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan gizi dalam bentuk penyaluran produk nutrisi yang diperoleh melalui donasi yang dikumpulkan oleh Tim Pelaksana Gerakan Satu Hati.

"Kami merangkul berbagai pihak, seperti PNS, perbankan, perusahaan, perorangan dan pihak lainnya yang tidak mengikat. Kami membuka donasi. Setelah terkumpul, dana hasil donasi itu dipergunakan untuk membeli susu khusus bagi balita penderita gizi buruk dan gizi kurang untuk kemudian disalurkan," papar Zulaikha dalam wawanacara khusus belum lama ini.

Zulaikha memaparkan, susu khusus ini diberikan bagi seorang balita gizi buruk dalam durasi 3 bulan. Sementara, susu bagi balita gizi kurang akan diberikan dalam durasi 1,5 bulan. Terdapat 2 jenis susu yang masing-masing diperuntukkan bagi balita gizi buruk dan gizi kurang.

Zulaikha mengungkapkan, pihaknya mencatat ada 19 balita penderita gizi buruk dan 588 balita gizi kurang pada Februari 2021. Dari kurun waktu Februari hingga Agustus, diungkapkan Zulaikha, prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang menurun, masing-masing 17 balita gizi buruk dan 368 balita gizi kurang. 

"Jumlah balita inilah yang menjadi sasaran kita dan akan kita berikan susu khusus itu guna menstimulus pertumbuhan atau memperbaiki asupan gizi mereka," tutur Zulaikha.

Lebih lanjut, Zulaikha menjelaskan, ada beberapa faktor penyebab utama stunting di Kabupaten Indragiri Hilir. Kondisi ekonomi menjadi salah satu faktor yang berperan penting.

"Masih banyak masyarakat kita yang status ekonominya di bawah. Selain itu, faktor pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan gizi cukup dan seimbang. Ada yang memberikan anaknya susu kental manis, ini kan tidak boleh sebenarnya," jelas Zulaikha.

Saat ini, Zulaikha mengatakan, TP PKK Kabupaten Indragiri Hilir juga telah menggerakkan jejaring TP PKK di tingkat kecamatan dan desa/kelurahan untuk menyisir dan menginventarisasi balita penderita gizi buruk dan gizi kurang.

"Maksudnya, agar bisa diberikan bantuan dan perhatian terhadap balita tersebut. Sehingga, gizi buruk dan gizi kurang yang diderita bisa tertangani serta tidak berlanjut menjadi kronis atau stunting dengan koordinasi yang cepat," kata Zulaikha.

Sejauh ini, Zulaikha mengatakan, partisipasi berbagai pihak telah mampu mendorong pelaksanaan Gerakan Satu Hati jilid 2. Begitu pula dengan pihak Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir yang senantiasa memberikan dukungan moril demi kesuksesan Gerakan Satu Hati jilid 2 ini. 

"Alhamdulillah, animo masyarakat untuk turut serta dalam pengentasan stunting cukup tinggi. Dibuktikan dengan cukup banyaknya pihak yang memberikan donasi ke rekening khusus Gerakan Satu Hati," ungkap Zulaikha.

Zulaikha menilai, pengentasan stunting tidak hanya difokuskan pada balita. Namun juga para ibu hamil. Di samping itu, pengentasan stunting juga harus dibarengi dengan upaya pengentasan kemiskinan dan adanya jaminan sosial.

Zulaikha menargetkan, penyelesaian masalah gizi buruk dan gizi kurang sebagai upaya pengentasan stunting pada Desember 2021. Kendati demikian, Zulaikha berharap, upaya pengentasan stunting dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

"Kemungkinan ke depan munculnya balita gizi buruk dan gizi kurang masih ada. Kami berharap juga semua pihak dapat tetap mendukung upaya pengentasan stunting demi masa depan bangsa, masa depan generasi penerus kita," ujar Zulaikha.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar


Berita Lainnya