Menko Luhut: Teknologi Ramah Lingkungan Demi Perubahan Besar


Nusaperdana.com, Jerman - Menko Maritim dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan saat ini Indonesia sangat aktif mengembangkan teknologi ramah lingkungan. "Saat ini semakin banyak orang beralih ke gaya hidup hijau, ramah lingkungan. Kami sadar, semakin banyak orang mengeluhkan tingginya polusi udara. Salah satu upaya kami adalah mengadakan transportasi ramah lingkungan yang efisien dan hemat biaya. Indonesia telah menetapkan target 50 persen kendaraan elektrik pada tahun 2030,” kata Menko Luhut saat berkunjung ke kantor pusat pabrikan mobil BMW di Munchen, Jerman Kamis (28-11-2019). Menko Luhut bersama Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Dubes RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno diterima para petinggi perusahaan tersebut yang dipimpin Jochen Scharrer, _Vice President Market Development_. Menurut Menko Luhut pemerintah Indonesia menyiapkan beberapa insentif untuk pabrikan-pabrikan mobil listrik seperti adanya keringanan pajak. "Karenanya kami berharap Anda bersedia mempertimbangkan untuk membuka fasilitas pembuatan mobil listrik di Indonesia. Kami juga menginginkan adanya keragaman produsen, sehingga tidak ada monopoli satu merk saja,” katanya. Ongkos produksi yang murah juga bisa didapat di Indonesia karena saat ini ada _hydropower_ yang harganya sangat rendah. Mr. Scharrer mengatakan BMW telah memproduksi mobil elektrik sejak tahun 2014 dan pada tahun 2020-2025 diharapkan jumlah produksi mobil listrik dan mobil hybridnya akan berimbang. "Kami berencana meluncurkan 12 mobil listrik baru hingga tahun 2025. _Problem_ kami, baik di Indonesia atau negara-negara lain untuk mengajak konsumen membeli mobil listrik yaitu kurangnya tempat pengisian daya. Pengguna mobil ini lebih suka mengisi daya di rumah atau mungkin di kantor,” katanya. Menko Luhut mengatakan pemerintah telah merencanakan membangun lebih banyak lagi stasiun pengisian daya listrik. Baterai Litium Bersama Menko Luhut hadir juga Mr. Chen Xueyou, CEO Huayou Cobalt.Co.Lt. Huayou adalah produsen kobalt terbesar di Cina yang salah satu pabrik pemrosesan nikel dan kobaltnya di Indonesia akan mulai produksinya dalam dua tahun mendatang. Mr. Chen menceritakan pengalamannya memulai bisnis di Kawasan Industri Morowali dan Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alam. "Kami mendapat dukungan dan bantuan penuh dari pemerintah dari proses perencanaan hingga berproduksi,” katanya. Perusahaan yang menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat (bahan utama baterai kendaraan listrik) ini berencana untuk memproduksi setidaknya 60.000 ton konten nikel per tahun. Usai pertemuan, Menko Luhut mengatakan BMW bisa menghemat biaya jika membuka pabriknya di Indonesia. "Mobil-mobil produksi BMW memakai CATL baterai dari Cina dan Samsung dari Korea Selatan, jika mereka pindah ke Indonesia mereka bisa langsung berhubungan dengan produsennya,” kata Menko Luhut. Karbon Kredit Menko Luhut mengatakan ia tidak khawatir dengan perkembangan ekonomi di Indonesia. "Indonesia memiliki banyak sumber energi potensi energi terbarukan, geothermal, hydro air, ombak, angin, serta matahari dengan solar cell. Ada _micro hydro_, _geothermal_ yang masih banyak, sekitar 29000 Mega Watt (MW), kemudian angin, ada juga ombak,” kata Menko Luhut. Indonesia, menurutnya juga punya banyak peluang dari perdagangan karbon. "Mengenai karbon kredit, saya yakin Indonesia punya potensi yang luar biasa besar dari sumber-sumber alam yang bisa menyerap karbon seperti lahan gambut, hutan bakau, hutan, dan rumput laut. Ditambah lagi dengan adanya bendungan/dam untuk PLTA, akan membentuk karbon kreditnya sendiri,” jelas Menko Luhut. Perdagangan karbon merupakan skema kompensasi pendanaan yang diberikan oleh negara-negara maju atau pihak swasta yang telah mengemisi gas Gas Rumah Kaca (GRK) yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim- kepada negara berkembang atau pihak lain yang berhasil menahan emisi gas GRK melalui berbagai program. "Selain _raw material_, karbon kredit, lalu pemasukan dari sektor pariwisata, jika kita komitmen menjalankan strategi ini, tidak ada alasan dalam tiga tahun ke depan _current account defisit_ kita tidak terselesaikan. Kita sedang melakukan perubahan besar. GDP kita bisa naik 3x dari yang diramalkan. Rupiah akan menguat, cadangan devisa kita bisa bertambah,” kata Menko Luhut.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar