Tak Diakui Dunia, Tapi Negara Ini Punya Paspor


Nusaperdana.com, Tiraspol - Transnistria merupakan negara sempalan daru Moldova. Kendati tak diakui kemerdekaannya, warga Transnistria bisa memiliki paspor, lo. 

Negara bukanlah apa-apa tanpa penduduk, begitu pula sebaliknya. Di Negara Moldova, Eropa Timur, ada entitas politik yang membuat perpecahan penduduk. 

Dikutip dari BBC, Selasa (10/2/2020) hal ini membuat sebagian rakyat Moldova memisahkan diri dan membuat negara sendiri. Sudah 30 tahun berlalu, namun nama negara ini seakan tak memunculkan diri, Transnistria.

Transnistria disebut juga Trans-Dniester, letaknya di sebelah timur Sungai Dniester. Berada di perbatasan Moldova dan Ukraina. Negara ini memiliki populasi penduduk sekitar 130.000 jiwa. 

Moldovia dikenal sebagai negara pecahan Uni Soviet. Penduduk Trans-Dniester yang memisahkan diri terkenal masih memegang erat gaya hidup Uni Soviet.

Keberadaan Trans-Dniester tetap tak dikenal sebagai sebuah negara oleh PBB. PBB masih menganggap wilayah ini masuk ke Negara Moldova. Padahal, Transnistria pernah masuk daftar negara bebas visa oleh paspor Indonesia di tahun 2014. 

Walau demikian, Transnistria memiliki konstitusi, pemerintahan, militer, mata uang dan paspor layaknya sebuah negara. Karena tak ada yang mengakui, paspor penduduknya pun tak berguna.

Karena tekanan dan tanpa pengakuan, banyak warga Tiraspol yang akhirnya keluar dari kota dan bekerja di Rusia. Tak semuanya begitu, penduduk kota yang masih tinggal di Tiraspol merasa sangat bahagia meski tak diakui.

"Sedih rasanya merayakan hari kemerdekaan tapi tak ada yang mengakui. Tapi tak apa, karena yang pasti kami merasa merdeka," ujar Vera Galchenko, seorang pelayan publik.

Layaknya sebuah negara, Transnistria juga berusaha memperkenalkan kekayaan negaranya lewat pariwisata. Negara yang masyarakatnya sudah banyak datang adalah Rusia. Rusia bisa dibilang sangat berjasa dalam memasok subsidi dan kekuatan militer.

Bahasa yang digunakan oleh penduduknya juga adalah Rusia. Bahkan bendera nasional yang berlambangkan palu dan arit tak bertengger sendirian. Di sebelah bendera nasional ada bendera Rusia yang menemani.

"Pariwisata adalah sesuatu yang tengah kami usahakan. Kami ingin agar orang-orang mengenal dan datang ke Transnistria dengan lebih mudah," ujar Galchenko.

Menjelajahi Transnistria seolah menyeret traveler kepada warisan Eropa Timur yang sudah mulai terlupakan. Menjadi negara yang ingin benar-benar merdeka, Transnistria masih ada di bawah bayang-bayang Moldova dan Rusia.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar