Alahan Panjang, Secuil Eropa di Tanah Minang

Magisnya Danau yang membiru terlihat dari atas bukit. Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com - Ranah Minang memiliki Alahan Panjang. Seperti ada secuil Eropa di sana.

Hawa dingin terasa mulai menusuk ke tulang, tatkala kendaraan minibus yang kami tumpangi berjalan meliuk-liuk mengikuti arah jalan yang mendaki.

Di depan tampak lengang, pandangan memutih saat jalanan yang tertutupi oleh kabut tebal disorot oleh lampu kendaraan. Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WIB, jelang tengah malam.

Semakin berjalan wkatu mendekati dini hari, semakin dingin pula udara yang dirasakan. Meski tubuh ini telah berlapis jaket tebal dan tangan terlipat rapat ke dada, namun tetap tak mampu melawan hawa dingin itu.

Sebuah perahu yang bersandar di dermaga danau yang tenang

Sesekali tampak wiper mobil bergerak menyeka kaca depan yang buram oleh tetesan embun hingga menghalangi pandangan. Suasana sekeliling gelap dan sepi, hanya sesekali tampak sinar terang dari cahaya lampu deretan rumah-rumah penduduk atau kedai-kedai makan serta sesekali dari sorot kendaraan yang melintas.

Tiga setengah jam perjalanan dari Kota Bukittinggi, akhirnya rombongan kami sampai di Alahan Panjang, sebuah kampung kecil di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok yang memang terkenal sebagai daerah dengan suhu paling dingin di Sumatera Barat.

Wajar saja suhunya terasa "nyaris" membeku. Kampung ini memang terletak di kaki Gunung Talang yang merupakan bagian dari gugus Bukit Barisan tepatnya di lereng bagian timur kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, yang berada pada ketinggian 1.400-1.600 meter di atas permukaan laut, sekitar 65 kilometer dari Kota Padang.

Setelah 30 menit menjelang detak jarum jam menunjukkan tengah malam, kami telah menginjakkan kaki di penginapan yang telah dipesan sebelumnya. Maka tak ada pilihan lain, segera masuk ke kamar dan meringkuk dibawah selimut tebal adalah sebuah keputusan yang terbaik saat itu.

Pengunjung tak pernah puas menikmati keindahan alam yang terbentang

Semburat cahaya matahari pagi dibalik kabut tipis, menyambut kami yang masih bergidik kedinginan dibalik jaket tebal sehabis tunaikan sholat subuh tadi. Pukul 05.15 tadi, azan subuh sudah memanggil kami untuk segera bangkit dari ranjang empuk penginapan.

Meski tahu bahwa diluar sangatlah dingin, namun tak menyurutkan langkah kami untuk menyambut dan menikmati pagi di Alahan Panjang. Sepiring nasi goreng lezat dan minuman hangat yang disediakan penginapan sebagai sarapan, terasa cukup untuk penambah kalori dan penghangat badan yang terasa kaku sejak tadi.

Perlahan sang mentari bergerak meninggi mulai menyingkapkan indahnya wajah alam Alahan Panjang yang begitu menakjubkan. Sungguh indah, ternyata tepat dihadapan penginapan kami yang sejak malam tadi hanya terlihat berselimut gelap dan kabut, telah terhampar sebuah danau kecil membiru yang dikelilingi deretan pinus.

Di lereng bukit-bukit kecil terlihat aneka tanaman sayuran dan palawija yang menghijau dan beraneka warna yang ditanam penduduk setempat sebagai mata pencaharian mereka yang sebagai petani, tampak bagai hamparan karpet yang bercorak warna-warni di kejauhan.

Nun jauh di balik danau, tampak pula hamparan hijau yang sangat luas, bergelombang-gelombang naik turun mengikuti kontur bukit. Itulah perkebunan teh Kayu Aro, sebuah perkebunan teh yang sudah cukup lama dikenal dan dinikmati oleh masyarakat Sumatera bagian tengah.

Keelokkannya sungguh membuat mata terpana. Hawa dingin yang sedari tadi melingkupi, kini berganti hembusan udara segar dan hangat matahari pagi yang sinarnya tepat menerpa di wajah, sungguh terasa bagai kesempurnaan perpaduan nikmat alam yang sudah lama tak kami rasakan sebagai orang yang terbiasa hidup di sesaknya perkotaan sehari-hari.

Membidik sudut-sudut danau yang Indah

Tak sabar, rombongan segera bergerak ke arah tepian danau yang diteduhi pohon-pohon pinus yang berjejer rapi disepanjang tepian kolam raksasa itu. Riak-riak kecil dan hembusan angin dari danau yang menghempas di wajah seakan mengucapkan selamat datang pada rombongan kecil kami.

Seorang pemilik perahu menawarkan jasa mengelilingi danau dengan kapal kayu bermesin miliknya yang bersandar di dermaga kecil di pinggir danau itu. Di beberapa titik, terlihat beberapa pondok-pondok kecil penginapan yang sepertinya disewakan. Namun sayang terlihat seperti kurang terawat, mungkin tingkat hunian yang tak seberapa jadi penyebabnya.

Di balik keindahan tempat ini nyatanya terlihat juga beberapa kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian. Faktor kebersihan dan fasilitas-fasilitas umum yang minim dan sepertinya agak kurang terawat, perlu dilakukan perbaikan.

Menyandang gelar di media sosial yang menjuluki kawasan Alahan Panjang ini sebagai sudut Eropa di Ranah Minang, yang karena keindahan danau kecil dan hutan pinusnya diklaim sebagai ala danau-danau kecil kawasan benua biru itu, tak lantas harus berpuas diri dan berpangku tangan. Masih perlu adanya pembenahan dan perhatian dari pemerintah daerah setempat untuk melakukan pengelolaan secara lebih profesional terhadap kawasan wisata ini.

Dari sebuah drone kecil yang diterbangkan oleh pilot amatir kami dalam uji coba penerbangan perdananya, terlihat jelas akan keseluruhan bentangan alam Alahan Panjang nan memukau. Terlihat jelas, ternyata bukan hanya satu danau saja yang ada di wilayah ini, melainkan dua buah danau kembar yang diberi nama oleh masyarakat setempat sebagai Danau Diatas dan Danau Dibawah.

Rehat sejenak di perkebunan teh yang hijau terbentang

Dari lenggak-lenggok pandangan mata kamera burung elektronik yang diterbangkan, kami tertegun akan indahnya dua danau kembar yang terbentang, yang beralaskan hijaunya kebun teh dan anggunnya hutan pinus.

Maka tak berlebihan rasanya jika Alahan Panjang dijuluki oleh banyak orang sebagai sudut tanah Eropa yang tertinggal di Ranah Minang. 



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar