Dinkes Inhil Gelar Intervensi Stunting di Kuala Enok

Nusaperdana.com, Indragiri Hilir - Dinas Kesehatan Kabupaten Indragiri Hilir dan Dinkes Provinsi Riau melaksanakan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Terpadu Intervensi Stunting di Puskesmas Kuala Enok, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragiri Hilir, Rabu (20/10/2021) sebagai upaya penanganan permasalahan stunting di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Indragiri Hilir.
Kegiatan ini tak lain guna memastikan kesiapan dan implementasi rencana aksi intervensi spesifik dan sensitif di lokus prioritas stunting di Provinsi Riau di tahun 2021.
“Monitoring dan Evaluasi terpadu ini dilaksanakan untuk penurunan angka stunting, dari pemetaan dan riset terdapat beberapa tempat yang didapati angka stunting yang signifikan salah satunya kita, Inhil,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil, Drs H. Afrizal Darmawan kepada media ini.
Terdapat 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau yang menjadi prioritas intervensi stunting ini, salah satunya adalah Kabupaten Indragiri Hilir.
Disebutkannya, dalam upaya penanggulangan penanganan stunting di Kabupaten Inhil, Kementerian Kesehatan sebelumnya telah menyusun rencana aksi intervensi secara holistik integratif yang melibatkan seluruh program terkait. Agar implementasi rencana aksi tersebut berjalan dengan baik, memerlukan koordinasi dan peran aktif serta monitoring dan evaluasi progam di pusat, provinsi, kabupaten dan Puskesmas. Dalam hal ini, Dinkes Inhil sebagai perpanjangan tangan vertikal dari Dinkes Provinsi Riau dan Kemenkes.
“Program penurunan stunting ini tidak bisa berjalan sendiri, semua unsur terkait harus bergerak, pemerintah daerah juga lebih fokus untuk upaya investasi masa depan dan jangka panjang,” sebut Afrizal.
Terkait adanya angka gizi buruk stunting, dikatakan Afrizal, perlu adanya upaya pengukuran yang jelas sehingga harapannya tidak ada lagi kasus stunting di berbagai daerah di Indonesia khususnya Kabupaten Inhil. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting adalah melakukan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.
"Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan bisa melalui pemberian tablet tambah darah dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro. Selain itu juga dilakukan penatalaksanaan gizi kurang/buruk, pemberian obat cacing dan zinc untuk manajemen diare," jelas Afrizal.
Lanjutnya pemaparannya, intervensi ini disusun berdasarkan siklus hidup. Sedangkan untuk intervensi gizi sensitif dilakukan melalui pemantauan tumbuh kembang, penyediaan air bersih, pendidikan gizi, imunisasi, pengendalian penyakit, penyediaan jaminan kesehatan, Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, Nusantara Sehat, serta akreditasi Puskesmas dan rumah sakit. (Dedek Pratama)
Berita Lainnya
Rapat Pleno PWI Bengkalis Dukung Penuh MTQ Riau dan Evaluasi Keanggotaan
Marak Jual Beli Internet Ilegal di Inhil, BUMDes dan Individu Diduga Terlibat
Satlantas Polres Kampar Berikan Edukasi dan Helm SNI Kepada Pelajar di SMP N 1 Bangkinang Kota, Wujudkan Kamseltibcarlantas
Satlantas Polres Kampar Sosialisasikan Etika Berlalu Lintas di SMP N 2 Bangkinang, Wujudkan Kamseltibcarlantas
Kapolsek Tambang Rapat Koordinasi Terkait Harkamtibmas Dalam Operasional Perusahaan dan Larangan Pemanfaatan Tambang Ilegal
KSOP Bengkalis Soroti Masalah Keselamatan Pelabuhan Roro Air Putih
Sosialisasikan Keselamatan Obvitnas, PHR Ajak Masyarakat Dukung Ketahanan Energi
Dari 10 Wartawan Bengkalis Ikut Serta dalam OKK PWI Riau Lima Yang Dinyatakan Lulus