Indonesia Jadi Keketuaan ASEAN Wujudkan Kemajuan Bersama di Kawasan Asia Tenggara

Indonesia Jadi Keketuaan ASEAN Wujudkan Kemajuan Bersama di Kawasan Asia Tenggara

Nusaperdana.com - Keketuaan ASEAN (ASEAN Chairmanship) 2023 menjadi momentum yang dapat dioptimalkan pemerintah Indonesia untuk memperbesar pengaruh di kawasan Asia Tenggara, guna mewujudkan kemajuan bersama khususnya di bidang ekonomi, salah satunya dengan mengedepankan diplomasi lunak (soft diplomacy).

Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto di Kampus UI Depok, Selasa. Hal itu beralasan kuat karena Keketuaan ASEAN 2023 mengangkat tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".

Melalui soft diplomacy pula, menurutnya, Indonesia dapat menonjolkan keunggulan lainnya, selain resources-based. Salah satunya, pendidikan Indonesia yang berkualitas, yang direpresentasikan oleh keberadaan universitas yang unggul dengan kualitas belajar mengajar yang baik.

Adapun tahun ini merupakan kali kelima Indonesia memegang peran Keketuaan ASEAN. Indonesia pun ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN untuk pertama kalinya setelah pandemi Covid-19.

Bahkan KTT ASEAN tahun ini dilakukan dua kali, yakni KTT ASEAN ke-42 yang sudah dilaksanakan dengan lancar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10-11 Mei 2023 lalu, dan berikutnya, KTT ASEAN ke-43 yang akan digelar di Jakarta pada 5-7 September 2023.

Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat di Asia Tenggara dan dunia. Harapannya, ASEAN dapat berperan penting sebagai motor perdamaian yang juga mampu mewujudkan kesejahteraan kawasan. Selain itu, Indonesia juga ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.

Oleh karenanya Teguh mengatakan, FEB UI juga berperan aktif dalam mendorong pemerintah untuk berperan lebih saat mengemban Keketuaan ASEAN tersebut.

"Kami juga kolaborasi dengan pemerintah untuk membantu. Kami mendukung pemerintah terkait dengan keketuaan ini. Karena kami bergerak di dunia pendidikan juga, isu ini kami angkat di kampus," ujarnya.

Dia merinci, bentuk dukungan tersebut seperti mendorong peneliti atau dosen FEB UI untuk aktif memberikan masukan kepada pemerintah melalui kementerian terkait. Misalnya dengan Kementerian Investasi atau BKPM, pihaknya rutin melakukan diskusi-diskusi terkait dan menghasilkan joint statement maupun masukan untuk kebijakan.

Selain itu, hal utama adalah mendorong dan mendukung pemerintah untuk dapat memanfaatkan soft diplomacy melalui dunia pendidikan. Menurutnya, selama ini Indonesia terkenal hanya mengekspor mahasiswa. Ke depan, universitas-universitas yang unggul di Indonesia bisa dipromosikan menjadi tujuan mengenyam pendidikan tinggi bagi masyarakat di ASEAN.

“Indonesia ini bisa menjadi hub untuk sekolah bagi negara-negara ASEAN maupun Pasifik. Karena pasar ini ada, misalnya negara-negara ASEAN seperti Kamboja, Myanmar, itu kalau dia langsung ke luar negeri terlalu berat. Maksudnya langsung ke negara Eropa. Bagaimana kalau misalnya transisinya di kita dulu, mungkin belajar beberapa materi dasar di kita,” papar Teguh.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar