Gelombang Omicron, Kata Pakar yang Penting Ikut Vaksinasi


Nusaperdana.com - Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono menekankan, masyarakat tidak usah panik dengan keberadaan gelombang ketiga penularan Covid-19 akibat kemunculan varian Omicron.

Pakar penyakit menular ini menekankan, perdebatan apakah Indonesia sudah masuk gelombang ketiga atau tidak juga sudah tidak perlu diruncingkan. Sebab, varian ini tidak membahayakan meski cepat menular.

"Enggak apa-apa, kalau kami sudah prediksi akan naik terus, bukan sesuatu yang mencemaskan. Karena kan Omicron memang kayak gitu. Itu akibat adanya varian baru, Omicron mudah menular," kata dia saat dihubungi, Rabu, 2 Februari 2022.

Lagi pula, dia menekankan, data konfirmasi kasus positif masyarakat yang sudah terpapar Covid-19 terus naik. Hingga kemarin sudah tembus 16 ribu lebih dan bukan merupakan data penularan lokal semata. Melainkan juga berasal dari yang datang dari luar negeri.

"Itu data kadang-kadang ngaco karena digabung antara pelaku perjalanan luar negeri sama lokal. Seharusnya yang dilaporkan itu yang lokal saja, yang pelaku perjalanan luar negeri itu tidak usah dilaporin karena itu penularannya di luar, kok," tegasnya.

Saat ini, menurutnya, yang menjangkiti masyarakat Indonesia adalah wabah kepanikan terhadap gelombang ketiga Covid-19. Padahal, varian Omicron ini ditegaskannya tidak membahayakan karena mayoritas pasiennya tidak bergejala. Hanya membahayakan bagi yang belum vaksin, komorbid dan lansia.

"Semuanya panik, beritanya juga panik semua sih. Padahal Omicron itu tidak berbahaya, kecuali pada orang yang belum divaksinasi, belum punya kekebalan, dan orang-orang yang punya komorbitas yang tidak terkendali, dan ketiga lansia," ucap Pandu.

Dari segi peningkatan kematian, dia menekankan, berdasarkan data Satgas Covid-19 pada 1 Februari 2022 juga tidak naik signifikan karena hanya sebanya 28 orang. Meski begitu, dia menegaskan, itu karena yang menjadi korban mayoritas belum divaksin.

"Itu karena memang belum divaksinasi. Jadi seandainya vaksinasi itu ditingkatkan, enggak ada yang masuk rumah sakit, enggak ada yang mati, itu yang lebih penting, berbeda dengan lonjakan kasus sebelumnya," ucapnya.

Oleh sebab itu, Pandu menilai, yang terpenting dilakukan masyarakat saat ini dan pemerintah adalah mempercepat dan menggencarkan proses vaksinasi. Sebab, seperti di India, kata dia, setelah diterjang varian delta pada tahun lalu, kini masyarakatnya sudah lebih baik menghadapi Covid-19 karena imunnya kuat menghadapi virus corona tersebut.

Menurutnya, 90 persen masyarakat India sudah divaksin meskipun masih belum lengkap. Akan tetapi, kekebalan komunal masyarakatnya sudah terbentuk sehingga sudah siap menghadapi Pandemi Covid-19. Sementara itu, Indonesia baru sekitar 86,6 persen yang sudah divaksin.

"Enggak jauh beda, tapi masih ada sekitar 14-13 persen yang masih harus dikejar vaksinasinya. Ini yang paling penting. Jangan panik, karena itu menularnya cepat, yang pentjng enggak bergejala, isoman aja selama 5 hari," tutur dia.(red/tempo.co)



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar