Kurang Dari 12 Jam, Pelaku Pembunuhan di Kampar Berhasil Diringkus Polisi
Kasuari, Burung Paling Berbahaya Tapi Berbulu Unik
Nusaperdana.com, Jakarta - Kasuari disebut sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski demikian, burung ini memiliki bulu-bulu yang unik, berbeda dari yang lainnya.
Seekor kasuari pernah menyerang seorang pria hingga tewas di Florida, Amerika Serikat. Diberitakan CNN, kaki tengahnya sudah seperti belati panjang.
Terlepas dari itu mari kita mengulik sisi lain burung kasuari ini. Burung ini seperti emu dari Australia yang tak bisa terbang, berbulu hitam, leher biru, pirus hingga magenta dan memiliki tanduk yang mirip penggambaran dinosaurus.
"Tingginya sedikit lebih dari satu meter. Cukup berat. Tulang mereka padat. Mereka pasti dapat menyebabkan kerusakan," kata Chad Eliason, seorang ilmuwan staf dan rekan postdoctoral di Field Museum Chicago. Ia, penulis makalah baru tentang burung raksasa yang diterbitkan jurnal Science Advances, Rabu lalu.
"Ada banyak cerita tentang tendangan berbahaya dan cakar mereka. Mereka membantu Anda untuk menyadari bahwa burung terkait dengan dinosaurus," imbuh dia.

Tiap kaki kasuari memiliki tiga cakar sepanjang 10 centimeter. Itu memungkinkannya memotong predator dengan satu kali tendangan, menurut San Diego Zoo.
Kasuari juga dapat berlari di kecepatan 48 kilometer per jam melalui hutan lebat dan melompat hingga ketinggian 2 meter. Di penelitian terbaru, bulu yang diambil dari kasuari mati, warnanya hitam mengkilap.
"Kita berpikir dan harus tahu, apa yang membuat bulu kasuari begitu berkilau?" kata ahli paleontologi, Julia Clarke, seorang profesor di Jackson School of Geosains di University of Texas di Austin, penulis senior makalah itu.
Tidak seperti burung-burung mengkilap lainnya, seperti kolibri atau burung gagak, kilau bulu kasuari dihasilkan oleh rachis atau tulang belakang bulu. Bukan dari barbul atau filamen kecil yang menempel di bulu.

Karena, di tubuh burung kasuari amat jarang ditemukan barbul yang berbulu halus. Rachis mendapat lebih banyak paparan cahaya daripada pada burung berbulu tebal, itu membuatnya benar-benar bersinar.
"Kilau bulu kasuari ini sangat berbeda. Anda membayangkan bulu seperti pohon, kilau itu ada di batang pohon, bukan ranting-rantingnya," jelas Eliason.
Tiga spesies kasuari berasal dari bagian utara Queensland, Australia dan Papua. Makanan mereka adalah buah-buahan.
Studi ini menunjukkan bahwa ada mekanisme unik kasuari yang akan berevolusi secara bertahap dari waktu ke waktu. Leluhurnya kehilangan barbulnya dan kasuari mengembangkan poros bulu yang lebih tebal.
Eliason menduga bahwa kasuari yang tak bisa terbang mungkin memberi ruang evolusi lebih banyak pada tubuhnya. Hewan itu lalu mengembangkan bulu-bulunya dengan bentuk aneh juga unik.

Berita Lainnya
Tim Kuasa Hukum PT ABM Adukan SP3 ke Komisi Reformasi Polri
Selamatkan PLN, Prabowo Siapkan Dirut Baru Pengganti Darmawan Prasodjo?
Shaqilla az-Zahra Siswi SDN 001 Tembilahan Wakili Inhil di ASEAN Fashion Festival 2025 di Jakarta
Langkah Taktis PT RSUP Tangani Karhutla di Pulau Burung
Penghentian Sementara Transaksi Rekening Dormant Diperpanjang, BRK Syariah Imbau Nasabah Segera Lakukan Aktivasi
Mafia Tanah Berulah, Polda Kepri Tangkap Pelaku Pemalsuan Sertifikat
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISI Matangkan Persiapan Akreditasi Prodi Bisnis Digital
HJ. Syafni Zuryanti Pimpin Rapat Evaluasi Strategis untuk Penguatan STIKes Husada dan UNISI