Kurang Dari 12 Jam, Pelaku Pembunuhan di Kampar Berhasil Diringkus Polisi
Tim Kuasa Hukum PT ABM Adukan SP3 ke Komisi Reformasi Polri
Menyikapi Candaan Ngatno Eko P, Elidanetti: Eloknya Kita Berprasangka Baik dan Positif
Nusaperdana.com, Duri - Candaan dan lelucon seorang warga Duri, Kecamatan Mandau, Ngatno Eko Prawiro dianggap melukai hati masyarakat minang untuk apa diperuncing.
"Mari sikapi dengan arib dan bijak candaan dan lelucon itu. Eloknya, kita berprasangka baik dan positif," kata ElidaNetti seorang warga Duri, Kecamatan Mandau, kepada awak Media di kantornya Simpang Lampu Merah Jalan mawar, Hang Tuah, Jumat (26/06) siang.
Kota Duri, Kecamatan Mandau masyarakatnya heterogen. Apalagi, tidak ada unsur sara dari ucapan Ngatno Eko Prawiro. Itu sebuah candaan dan lelucon selepas salat berjamaah di sebuah warung.
" Ucapan Ngatno Eko Prawiro bisa kok dibuktikan lewat ahli bahasa. Apakah mengandung unsur sara atau tidak". Kata Elida akrab disapa sehari-hari itu
"Sikapi biasa saja, masih banyak persoalan yang lain yang mesti kita selesaikan bersama, untuk kepentingan masyarakat Duri, Kecamatan Mandau dan Kabupaten Bengkalis."
Saya, sebagai masyarakat biasa notabene warga Kecamatan Mandau, mengajak dari sudut pandang sosial dan rasa kekeluargaan tinggi, mari sikapi candaan dan lelucon secara elegan, imbaunya.
Masalah Eko tidak perlu digadang gadang dan dibesar besarkan. Bahasa bahasa itu biasa dalam sebuah candaan tidak perlu dijadikan polemik.
"Eko sangat sportif meminta maaf, itu sangat luar biasa," sebutnya.
Sekedar diketahui, gurauan Eko Ngatno Prawiro yang mengatakan, "Orang Minang Gadang Ota, Maota Ota, Ujung ujungnyo Minjam Pitih" (Orang Minang Pembohong, Ujung ujungnya Minjam Uang) tersebar ke Media Sosial dan menjadi polemik.
Tapi Ngatno Eko Prawiro menjelaskan, kronologis candaan dan gurauan yang dianggap melukai hati masyarakat minang di Kecamatan penghasil minyak itu di kantin Masjid Raya Ar rafah Duri, pada Jum'at (20/6/20) lalu.
Saya sama sekali tidak ada niat melecehkan suku minang dan cuma menirukan ucapan dan gurauan penceramah dahulu kala. Saya menyesali dan serta diakhiri dengan penyesalan dan permohonan yang mendalam.
"Saya mohon maaf atas ucapan saya. Tidak ada niat melecehkan suku minang. Itu cuma guarauan dan lucu lucuan menirukan ucapan penceramah dahulu kala. Setelah pertemuan dan permohonan maaf ini, saya berharap semuanya clear," tandasnya. (putra)

Berita Lainnya
Dari Kampar untuk Aceh: Solidaritas Nyata Desa Indra Sakti dengan Rp16,5 Juta dan Dua Ambulans
Etomidate Resmi Jadi Narkotika Golongan II, Pengguna Vape Campuran Kini Terancam Pidana dan Rehabilitasi
Kurang Dari 12 Jam, Pelaku Pembunuhan di Kampar Berhasil Diringkus Polisi
Tenggat Akhir Tahun Membayangi, Proyek Jalan Soebrantas Kampar Mandek Diwarnai Spanduk Ancaman Pidana
Peningkatan Jalan ke Kantor Bupati Kampar Dihentikan Warga, Begini Tanggapan Bupati Ahmad Yuzar
Konflik Lahan 50 Hektar di Kampar Nyaris Ricuh: Mediasi Darurat via WhatsApp Digelar, Akar Masalah Diduga Pelunasan yang Mandek
Libur Nataru Menjelang, Kilang Pertamina Pastikan Tetap Beroperasi Untuk Amankan Kebutuhan BBM
Kasus Pengeroyokan di Kebun Sawit Kampar Naik ke Tahap Penyidikan, Pelaku Diduga Mangkir Panggilan Polisi