Seputar Teorema Phytagoras: Rumus dan Sejarah dalam Islam

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Teorema Phytagoras mungkin tidak asing bagi kebanyakan siswa sekolah atau mahasiswa yang menekuni ilmu tersebut. Materi teorema Phytagoras mungkin bikin pusing namun punya banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Rumus teorema Phytagoras adalah:

c2 = a2 + b??????2

Dengan C adalah sisi miring serta A dan B adalah dua sisi lain yang disebut alas dan tinggi. Aplikasi teorema Phytagoras tak hanya dalam bentuk dua dimensi namun juga bangun ruang yang disertai perhitungan sudut.

Teorema Phytagoras biasanya diterapkan pada segitiga siku-siku dengan dua sisinya diketahui lebih dulu. Berawal dari teorema Phytagoras dikenal susunan angka yang berasal dari penghitungan kuadrat disebut tripel Phytagoras.

Rumus dalam teorema Phytagoras ditemukan seorang ilmuwan asal Yunani dengan nama yang sama yaitu Phytagoras. Dalam perkembangannya, teorema phytagoras ditulis kembali (redefining) ilmuwan Islam bernama Tsabit bin Qurrah.

Hal ini tertulis dalam Thabit Ibn Qurra and The Pythagorean Theorem Robert Shloming, yang dipublikasikan National Council of Teachers of Mathematics. Tsabit bin Qurrah diakui sebagai salah satu ilmuwan terbesar di zaman tersebut meski tidak semua karyanya dikenal luas.

Tsabit bin Qurrah memiliki nama lengkap Abu'l Hasan Tsabit bin Qurra' bin Marwan al-Sabi al-Harrani. Dia hidup pada periode 826-901 M dan menghabiskan masa hidupnya di Baghdad, Irak. Tsabit mengikuti jejak Musa bin Shakir yang saat itu mengajaknya belajar dan ahli dalam matematika serta astronomi.

Penjelasan Tsabit terhadap teorema phytagoras diakui sebagai karya yang elegan dan sempurna. Dia membedah hingga detail dan menyamakan pemahaman teorema Phytagoras sehingga tak ada lagi bias pengertian. Saat ini karya Tsabit disimpan di perpustakaan Museum Aya Sofya, Turki.

Selain sebagai ahli matematika yang menulis dan menjelaskan kembali teorema phytagoras, Tsabit bin Qurrah juga dikenal sebagai penerjemah handal. Keahliannya terutama dalam bahasa Yunani dan Syriac yang diterjemahkan dalam bahasa Arab hingga mendirikan sekolah khusus penerjemah (school of translation) di Baghdad. Beberapa ilmuwan yang sempat menuntut ilmu di sekolah tersebut adalah Qusta bin Luqa, Ishaq bin Hunain, dan Al-Kindi.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar