Polda Kepri Laksanakan Mutasi Untuk Restorasi Sebanyak 703 Personel
Dinas Pendidikan Kepri Gelar Bimtek Sekolah Aman, Belajar Nyaman
Konser Nasyid untuk Palestina: Wujud Dukungan Doa dan Bantuan Dana
Tradisi Menabuh Berdah, Kesenian Alat Musik Melayu Sebagai Media Menyampaikan Dakwah
NUSAPERDANA.COM – Berdah atau Beredah merupakan kesenian tradisi Melayu. Bagi masyarakat Indragiri Hilir, alat musik Berdah berfungsi sebagai media untuk menyampaikan dakwah ajaran agama Islam. Cara memainkan alat musik berdah yaitu dengan cara dipukul.
Pada tahun 2016 lalu Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, menyambut tahun baru Islam Gema Muharam, dengan menampilkan 1000 penabuh berdah. Penampilan 1000 berdah disambut antusias oleh masyarakat dan berhasil memecahkan rekor dan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia(Muri).
Seribu lebih peserta berdah ini didatangkan dari sejumlah kecamatan, dimana 750 peserta didatangkan dari Kecamatan Mandah, selebihnya didatangkan dari Kecamatan Gaung Anak Serka, Gaung dan sejumlah pelajar dari kota Tembilahan.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir Melalui Kadis Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dan Kebudayaan (Disparporabud) Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Junaidy Ismail Mengatakan untuk melestarikan Alat musik berupa rebana yaitu berdah kita perlu sinergitas semua kalangan.
"khususnya di kecamatan Mandah, Malai dari tokoh masyarakat, dan yang lebih utama ialah para mereka Generasi muda yang akan tetap mampu menjaga keberlangsungan pelestarian Berdah tersebut". Lanjutnya
Kesenian berdah hanya dimainkan kalangan tua sehingga memerlukan regenerasi. Kesenian ini biasanya digelar ketika ada acara pernikahan dan acara penting lainnya. Kesenian tradisional ini telah hidup dan berkembang sejak zaman dahulu dan bagian dari media penyebaran agama Islam
Kesenian ini mengandung nilai-nilai Islami, karena syair yang dilantunkan berisikan riwayat zikir dan pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Menurut orang tua-tua dulu Beredah berasal dari tanah Daik (Lingga). Kemudian pertama kali masuk melalui daerah Indragiri Hilir dan daerah Reteh.
Asal sebenarnya dari salah satu syair "Amuntazaa”. Dibawa oleh Syekh Al Buskhairi dari Mesir ke Madinah. Ini disyairkan ketika menyambut kedatangan rombongan Rasulullah dan mengabarkan bahwa keadaan Mesir aman. Suara alat ini juga mampu menyejukkan suasana setelah Rasulullah pulang dari Berperang.
Berita Lainnya
BSU Tahap 5 Cair, Puluhan TPP Aceh Singkil Terima Manfaat
Cara Mencegah Akun Facebook Kena Tag Link Porno
Warga Sumbar Tewas Tenggelam Saat Berwisata di Air Terjun Martua
SMSI Dorong Pemerintah Tingkatkan Keamanan Data dari Serangan Siber
Pemerintah Resmi Menolak Partai Demokrat Versi KLB
Begini Peran Vitamin E Terhadap Virus dan Bakteri
Keminfo Literasi Digital Kampar Hadirkan Narasumber Untuk Mengedukasi Masyarakat di Era Digital
Upaya TNI Polri Jaga Kamtibmas Wilayah Surakarta