Banyak Pemudik Pakai Travel Gelap, Perlukah Transportasi Dibuka Lagi?

Pemudik di terminal bus. Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Pemerintah melarang mudik di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Transportasi umum pun dilarang mengangkut pemudik.

Di saat transportasi umum dilarang mengangkut masyarakat yang pulang kampung, pemudik mencari jalan lain. Misalnya dengan memanfaatkan jasa travel gelap.

Pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyaratakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, mengatakan wajar jika perantau memilih pulang kampung hingga memakai jasa travel gelap. Soalnya, persediaan logistik dan finansial untuk memperpanjang hidup di perantauan sudah mulai menipis.

"Sudah tidak mampu membayar sewa kontrakan tempat tinggal. Sementara sumber mata pencaharian di Jabodetabek sedang sepi. Rata-rata perantau ini adalah pekerja informal pendapatan harian," sebut Djoko dalam pernyataan yang diterima detikOto.

Perlukah transportasi umum dibuka lagi untuk yang ingin pulang kampung dari kota perantauan?

"Ya saya kira perlu juga, selama mereka nggak ada jaminan hidup di Jakarta. Buka dengan syarat tadi, kesehatan, terdata, nanti sampai daerahnya dia terpantau (dikarantina). Daripada gelap-gelapan kayak gini tetap aja jalan," kata Djoko.

Djoko setuju dengan saran yang disampaikan owner PO Bus Sumber Alam Anthony Steven Hambali agar perantau tidak terlantar di kota dan tetap bisa mudik dengan aman tanpa menjadi pembawa virus. Sebelumnya, Anthony menyarankan agar disediakan transportasi dari satu pintu dan diawasi secara ketat untuk perantau yang tidak bisa bertahan di kota.

"Misalnya dari (terminal) Pulo Gebang untuk keluar dari Jakarta, moda darat katakanlah dari Pulo Gebang semua. Maka semua harus melalui Pulo Gebang, kasih satu posko yang ada rapid test di situ," kata Anthony yang disampaikan dalam video live di Facebook-nya.

Jadi, menurut Anthony, pemudik yang ingin pulang kampung harus negatif COVID-19 dengan dibuktikan oleh rapid test yang diberlakukan sebelum naik bus. Rapid test itu bisa ditambahkan ke syarat untuk bepergian, seperti yang sudah disyaratkan untuk beberapa kalangan yang boleh bepergian saat ini.

"Jadi orang itu punya kepastian. Kalau nggak travel-travel gelap ini akan terus jalan. Dan saya nggak menyalahkan mereka, karena travel gelap itu sifatnya membantu orang yang benar-benar kepepet di Jakarta, mau pulang nggak bisa," sebutnya.

Selain rapid test, saran Anthony selanjutnya, pemudik juga harus menandatangani surat pernyataan untuk dikarantina sesampainya di kota tujuan. Karantina ini perlu dilakukan agar pemudik tersebut benar-benar bebas dari virus sehingga tidak menyebarkan ke kampung halamannya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar