Cina Meradang saat AS Jual Torpedo ke Taiwan


Nusaperdana.com - Pemerintah Cina meradang dengan kesepakatan Amerika Serikat (AS) dan Taiwan soal pembelian torpedo. Mereka menganggap pemerintah pimpinan Donald Trump itu sengaja memprovokasi yang membuat hubungan kedua negara semakin memanas.

Pemerintah AS setuju menjual 18 torpedo kelas berat kepada Taiwan melalui Kantor Perwakilan Ekonomi dan Kebudayaan Taipei (TECRO) seharga US$180 juta pada Rabu (20/5/2020) lalu.

Kesepakatan itu diambil di tengah ketegangan antara Taiwan dan Cina. Juga ketegangan Cina dan AS yang terus memanas sejak peradang dagang, dan memanjang ke masalah tuduhan AS soal Cina menyembunyikan laboratorium yang bocor di Wuhan sebagai awal dari wabah corona (Covid-19) sekarang.

Dalam sebuah pernyataan, Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA) AS menyatakan TECRO membeli 18 torpedo kelas berat jenis MK-48 Mod6 Advanced Technology (AT).

Paket pembelian tersebut termasuk suku cadang, peralatan pendukung dan pengujian, kontainer pengiriman, operator manual, dokumentasi teknis, pelatihan, rekayasa kontraktor, layanan dukungan teknis, dan unsur-unsur lain terkait dukungan logistik.

Pemerintah Cina bereaksi keras terkait dengan kesepakatan tersebut.Dalam laporan surat kabar pemerintah Cina, Global Times,mereka menyebut kesepakatan pembelian torpedo itu terlalu mahal, serta tidak bisa memunculkan perbedaan dalam potensi konflik militer antara Taiwan dan Cina.

Dilansir Defense World, torpedo tersebut diperkirakan mampu merusak kapal perang besar Cina, seperti kapal perusak tipe 055 dan kapal induk.

Tidak ada kontraktor utama yang terkait dengan penjualan ini, karena semua material diperoleh dari stok Angkatan Laut AS. Tidak ada perjanjian penggantian kerugian yang diketahui sehubungan dengan potensi penjualan ini.

"Cina dengan tegas menentang penjualan senjata AS ke Taiwan. Kami mendesak AS bersungguh-sungguh mematuhi prinsip Cina dan ketentuan dari tiga komunike bersama Cina-AS, menghentikan penjualan senjata ke Taiwan untuk menghindari perpecahan lanjutan bagi Cina-AS dan perdamaian stabilitas di Selat Taiwan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, dalam jumpa pers pada Kamis (21/5).

Kepada Global Times yang dikutip AFP, seorang pakar militer yang berbasis di Beijing, Wei Dongxu, mengatakan, torpedo buatan AS bisa menjadi ancaman bagi kapal perang Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA). Namun, dia juga membeberkan kelemahan militer Taiwan.

"Kapal selam militer Taiwan sudah usang dan dapat terlihat dengan mudah, dan dihancurkan oleh PLA tanpa memberi mereka kesempatan untuk menggunakan torpedo," kata Dongxu.

Pemerintah Cina menyatakan mereka akan berupaya menyatukan Taiwan, yang saat ini mempunyai pemerintahan terpisah, sebagai bagian kebijakan "Satu Cina". Namun, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi menolak usul tersebut.

Tsai dikenal memilih merapat ke blok Barat seperti AS. Namun, sebagian faksi politik di Taiwan, khususnya Partai Kuomintang, memutuskan ingin merapat ke Cina.

Potensi konflik juga semakin tinggi karena sengketa Laut Cina Selatan. Selain itu, militer Cina melalui angkatan laut dan angkatan udara kerap menerobos wilayah perairan dan udara Taiwan.

Sedangkan AS juga kerap mengutus kapal perang dan jet tempur melintasi wilayah Taiwan mendekati Cina sebagai upaya "perlindungan" seperti apa yang merekalakukan juga untuk Korea Selatan.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar