Diskon Bukan Obat Lesunya Penjualan Mobil di RI

Diskon bukan solusi penjualan mobil saat krisis ekonomi melanda. Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Sektor otomotif mendapatkan pukulan telak dari serangan virus Corona. Sejak Maret lalu hingga sekarang kondisi industri ini terus melemah dan belum menunjukkan tanda-tanda bangkit di saat kasus positif Corona di Indonesia terus bertambah.

Berbagai upaya coba dilakukan di dalam anggaran perusahaan hingga interaksi bisnis langsung dengan pasar. Menyediakan penawaran harga yang menarik memang terdengar dapat menjaga adanya transaksi jual beli, akan tetapi program seperti itu bukanlah 'vaksin' dari kondisi industri otomotif saat ini.

Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra meyakini hal itu. Hal yang paling berpengaruh terhadap penjualan mobil baru disebutnya bersumber dari daya beli konsumen yang mana dalam masa ini menurun.

"Saya percaya pasar mobil dipengaruhi daya beli. Buang diskon tidak akan memperbesar pasar moil selama daya beli GDP (Gross Domestic tidak naik. Buang diskon tidak akan membuat orang bisa membeli mobil. Beli mobil harus punya kemampuan dan daya beli untuk itu harus melihat GDP negara," papar wanita yang akrab disapa Amel ini dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/6/2020).

Daya beli menurun juga diiringi dengan berkurangnya kemampuan perusahaan pembiayaan di masa krisis ini. Perusahaan pembiayaan dalam menghadapi situasi ini pun lebih hati-hati dalam memilih nasabahnya.

"Daya beli belum maksimal kalau mengandalkan leasing. Leasing sangat hati-hati, mereka punya kendala bisnis luar biasa juga beberapa tidak mau terima customer baru, kita beruntung punya value chain," jelasnya.

"Tapi merek lain leasing tidak mau terima, kalau ada itu dp 30-40 persen. Dikasih diskon besar tapi leasing tidak mau karena resikonya tinggi. approval leasing sekarang juga sangat lama. Jadi buat kami diskon bukan jadi strategi utama. Tidak mungkin jadi solusi meningkatkan volume penjualan. Kita harus punya strategi lain," timpalnya.

Membaca situasi sekarang dan apa yang sudah dilewati selama pandemi ini, Amel pesimis pasar akan merangsek naik pada masa transisi PSBB. "Sampai sekarang sinyal daya beli belum meningkat dan indikasi mendukung penjualan otomotif karena kredit jadi masalah utama. Leasing comoany masih ketat melakukan bisnisnya karena banyak kendala. Mereka mempunyai satu masalah yang sangat berat. Relaksasi pembayaran mereka tidak punya dana bagaimana membiayai mobil baru, funding dari bank juga melihat sektor mana yang memberikan risk kecil. Karena funding sulit kemungkinan mobil baru pun sulit," tukasnya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar