Menko Luhut: Menteri dan Para Pejabat Tinggi Harus Mendengar, Jangan Hanya Mau Didengar


Nusaperdana.com, Jakarta - Menteri Koodinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan mengadakan pertemuan dengan para menteri dan para pimpinan lembaga non pemerintah. Dalam acara tersebut disampaikan paparan dan presentasi dari pakar ekonomi sekaligus ahli manajemen dan Profesor dari Massachusets Institute of Technic (MIT), yakni Otto Scharmer. 

“Tadi bisa dilihat kan, Menteri-menteri yang hadir walaupun cuma 1 sesi, tetapi mereka sangat antusias. Jadi Menteri-menteri itu harus belajar mendengar juga, jangan hanya mau didengar saja. Turun ke bawah dan mendengar langsung. Lemhanas mengorganisir ini sangat baik” ujar Menko Luhut di Gedung Lemhanas, Rabu (11/12/2019). 

Menko Luhut lalu menjelaskan, bahwa pertemuan semacam ini sangat penting, kedepannya Menko Luhut akan mengusulkan kepada untuk mungkin mengadakan pertemuan sejenis, khusus untuk para Menteri. 

“Pertemuan semacam ini dimulai awal oleh DPR RI, dan _outcome_ nya sangat bagus. Dan ternyata yang awalnya ada perbedaan-perbedaan, sekarang mereka lebih guyub, kenapa? Karena _national interest_. Saya juga sudah mengusulkan, dari awalnya yang mengikuti pertemuan ini adalah DPR RI, nanti bisa diikuti oleh pejabat-pejabat tinggi dari kementerian dan lembaga, atau pejabat tinggi daerah dengan maksud untuk menyatukan pemahaman dan jangan kita terkotak-kotak. Mungkin nanti disisipkan lagi pemahaman-pemahaman mengenai Pancasila, NKRI dan UUD 1945,” terangnya. 

Lebih lanjut, Menko Luhut mengatakan, pertemuan ini penting untuk memperlancar komunikasi dan juga sekaligus menambah wawasan, karena menurutnya banyak hal yang bisa didapat dari diskusi ringan dan interaksi yang terjalin sepanjang pertemuan tersebut. 

“Pertemuan ini super penting, karena tadi Prof Otto secara khusus menyampaikan bahwa Indonesia punya kelebihan yang luar biasa. Seperti program Presiden yakni transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi _value added_, dan yang kedua adalah _major super power carbon credit_, karena kita punya 75-80 persen _carbon credit_ di Indonesia yang berasal dari lahan gambut, _mangrove_ dan lainnya, dan ini punya kontribusi sangat besar kepada dunia, dan bagaimana kita sekarang mengkompakan diri kita untuk bersama-sama mengatasi masalah ini atau sekaligus mempromosikan bahwa Indonesia adalah _major power_ dalam _carbon credit_” jelas Menko Luhut. 

Prof Otto Scharmer pun menyatakan, Indonesia mempunyai potensi sangat besar, maka apabila dikelola dengan baik dan sungguh-sungguh, ini akan menjadi _bargaining_ Indonesia dan akan menjadikan Indonesia sebagai _super power_. 

“Saya sangat terkesan dengan strategi penambahan nilai yang tadi disampaikan Pak Luhut, dan Indonesia harus mempertahankan proses penambahan nilai untuk kepentingan Indonesia. Apalagi komoditas _rare earth_ yang sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan teknologi seluruh dunia, dan dipasangkan dengan Indonesia yang memiliki cadangan _carbon_ yang luar biasa besar, dua hal itu seharusnya bisa menjadi titik ungkit atau _bargaining power_ dari Indonesia. Dan strategi ini harus dipakai dalam dua dekade ke depan untuk pertumbuhan dua dekade terakhir yang sudah dilakukan,” tutup Prof. Otto.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar