Kisah Ulugh Beg, Ahli Astronomi Kebanggaan Dunia Islam

Observatorium yang dibangun Ulugh Beg di Uzbekistan. Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Jelang sidang isbat Ramadhan 2020, berbagai persiapan dilakukan para ahli astronomi dan ulama umat Islam. Hasil pengamatan para ahli inilah yang akan menentukan awal puasa Ramadhan dan Idul Fitri bagai muslim di Indonesia.

Hasil sidang isbat yang terkait dengan peredaran bulan dan matahari telah digagas ahli astronomi Islam terdahulu. Salah satunya adalah Ulugh Beg yang observatoriumnya masih bisa dilihat di Uzbekistan.

Selain mengetahui awal Ramadhan, observatorium tersebut juga digunakan untuk mengetahui jadwal sholat sehari-hari. Dengan pengamatan dan perhitungan yang lebih baik, umat Islam di masa itu bisa sholat lebih baik.

Dikutip dari Muslim Heritage, Ulugh Beg sebetulnya adalah gelar yang berarti Penguasa Agung. Nama asli penguasa Samarkand tersebut adalah Mirza Muhammad Taraghay bin Shahrukh Ulugh Beg yang hidup pada periode 1394-1449.

Ulugh Beg adalah cucu Tamerlene atau Timur Lang dan anak dari Shah Rukh. Semasa hidup, Ulugh Beg lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dibanding ekspansi wilayah kekuasaan.

Kecintaan Ulugh Beg pada ilmu pengetahuan inilah yang membuatnya mendirikan observatorium periode 1424 dan 1429. Observatorium dibangun di sebuah bukit berlokasi di Samarkand selatan.

Lokasi observatorium memungkinkan pandangan mata untuk melihat hilal tidak terganggu. Kubah observatorium itu mencapai 130 kaki dengan pondasi dan bagian bawah bangunan berbentuk sextant atau kuadran raksasa.

Dalam kunjungan detikcom ke observatorium tersebut pada 2015, salah satu instrumen yang digunakan Ulugh Beg untuk menentukan awal tahun dan waktu salat bisa dilihat sampai sekarang. Bangunan berupa terowongan batu yang lebar dan panjang dengan ratusan tangga.

Pangkal terowongan berada di bawah tanah dan ujungnya langsung menghadap langit. Di dalamnya ada dua jeruji batu yang posisinya memungkinkan perhitungan maksimal untuk mengetahui tinggi dan jarak bintang dengan cermat.

Di antara atap terowongan itu dibuat satu lubang untuk memungkinkan masuknya sinar matahari. Titik sinar matahari yang jatuh di anak tangga itulah yang digunakan oleh Ulugh Beg untuk menentukan waktu sholat dan awal tahun.

Dengan pengamatan yang cermat, Ulugh Beg berhasil memperbaiki penghitungan yang pernah dilakukan astronom sebelumnya. Hasil pengamatan dan hitungan dikumpulkan dalam kitab Zij-i-Djadid-I Sultani yang masih berguna hingga ratusan tahun.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar