Terlalu Buas, Nissan GT-R Dianggap Tak Cocok untuk Jalanan Indonesia

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Sebuah Nissan GT-R mengalami kecelakaan dan terbakar di Tol Jagorawi akhir pekan kemarin. Wakil Jaksa Agung, Arminsyah, meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.

Nissan GT-R bukan mobil sembarangan. Tenaganya yang cukup besar membuat pengemudinya harus ekstra hati-hati, apalagi saat mengendarainya di jalan raya.

Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan Nissan GT-R yang disebut sebagai Godzilla cukup diperhitungkan di dunia otomotif. Untuk versi termurahnya saja mesinnya bisa menyemburkan tenaga yang luar biasa.

"Yang standard saja mesin V6 turbo 3,8 liter saja itu sekitar 565 HP, bayangkan 565 HP. Nismo sudah 600 HP. Luar biasa," kata Jusri saat menyampaikan pandangannya soal kecelakaan maut tersebut kepada detikOto.

Nissan mencangkok mesin 3.8 L twin-turbocharged VR38DETT V6. Nissan GT-R model produksi antara tahun 2007 hingga 2010 bisa mengeluarkan tenaga hingga 479 dk di 6.400 rpm dan torsi 588 Nm di 5.200 rpm. Tenaga terus ditingkatkan pada tahun 2010, 2012, dan 2017. Untuk versi standar saja mobil ini mampu berlari hingga kecepatan maksimal 315 km/jam yang bisa dikejar kurang dari 1 menit.

Sedangkan untuk model tahun 2020 terbaru, mobil berjuluk "The Godzilla" ini mampu memuntahkan tenaga sebesar 565 hp sedangkan model Nismo menawarkan tenaga hingga 600 hp. Tenaga dari mesin itu dikawinkan dengan transmisi otomatis 6 percepatan dengan sistem penggerak all wheel drive.

"Yang namanya G-nya (gaya gravitasi saat mobil berakselerasi), menghentak seluruh organ tubuh kita. Dan begitu selesai memberikan sensasi yang luar biasa. Permasalahannya adalah dari faktor kendaraan, baik ban, rem dan segala macam itu mungkin bisa mengakomodir power itu. Tapi kadang-kadang dari kemampuan pengemudi nggak bisa mengcover, artinya kalau mau maksimal, kendaraan harus maksimal pengemudi juga optimal. Nggak bisa pengemudi yang sudah nyetir 25 tahun sekalipun ngebut sesuka-sukanya," ujar Jusri.

Nissan GT-R yang mempunyai tenaga buas memang biasa digunakan untuk jalan raya dan mengakomodir kebutuhan sehari-hari, terutama di Eropa dan Amerika. Kalau di Indonesia, menurut Jusri kendaraan itu kurang cocok digunakan di jalan raya.

"Kita tahu traffic-nya luar biasa, susah mendapatkan situasi yang tenang seperti highway di Eropa, Amerika, di sini macet. Jadi kendaraan-kendaraan seperti ini kurang efektif untuk dipakai kendaraan sehari-hari, karena gampang sekali overheating, sehingga ketika overheating mobil rusak, mogok bahkan terbakar. Kita lihat beberapa supercar mengalami terbakar. Kendaraan-kendaraan ini cocok digunakan di negara-negara dengan tertib lalu lintasnya yang bagus. Atau kendaraan ini pas sekali untuk kolektor atau penghobi highspeed. Mereka bisa memacunya di sirkuit," jelas Jusri.

Mengomentari soal terbakarnya Nissan GT-R di Tol Jagorawi, Jusri menilai mobil itu bisa terbakar karena efek benturan yang sangat keras. Selain itu, ketiga unsur api juga ada ketika terjadi kecelakaan yaitu oksigen, bahan bakar dan panas.

"Melihat kehancuran bagian mukanya (dipastikan melaju dengan kecepatan tinggi). Pastinya di atas 120 km/jam," kata Jusri.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar