Jebakan Apps 'Percantik Wajah': Mau Tampil Kece Malah Kecele

Sumber Foto: Detik.com

Nusaperdana.com, Jakarta - Media sosial kini dipenuhi oleh foto influencer yang cantik dan ganteng. Ditambah dengan standar kecantikan yang makin sulit dipenuhi tanpa melakukan operasi plastik, mendorong followers para influencer ini untuk mencari jalan pintas.

Muncullah aplikasi kamera dan filter yang bisa mempercantik wajah secara instan. Tapi beberapa waktu belakangan ini, aplikasi-aplikasi tersebut dimanfaatkan oleh orang tidak bertanggung jawab untuk menipu penggunanya.

Sebut saja 38 aplikasi yang baru saja ditemukan oleh WhiteOps. Puluhan aplikasi ini terbilang populer meski berbahaya, karena ada yang sudah diunduh sampai 1 juta kali.

Padahal aplikasi ini memiliki kode penipuan dan penuh adware. Selain itu aplikasi ini juga sering mengarahkan ponsel menuju situs tanpa seizin pengguna.

WhiteOps melihat ada satu kesamaan di antara 38 aplikasi ini, yaitu semuanya merupakan aplikasi dengan fokus untuk mempercantik wajah.

"Apa yang menjadi kesamaan aplikasi-aplikasi ini -- selain taktik curangnya -- adalah fokus mereka untuk kecantikan," kata WhiteOps dalam keterangan resminya, yang dikutip detikINET, Rabu (17/6/2020).

"Sebagian besar dimaksudkan untuk menjadi aplikasi selfie yang menambahkan filter kecantikan pada foto pengguna, dan pada waktu yang sama menampilkan iklan di luar konteks dan membuatnya hampir mustahil untuk menghapus aplikasinya," sambungnya.

WhiteOps menjelaskan lebih jauh cara kerja adware dan kode penipuan yang ditanam di aplikasi-aplikasi ini. Ada tiga jenis penipuan yang dilakukan aplikasi-aplikasi ini yaitu:

- Menampilkan iklan di luar konteks, bahkan ketika aplikasi sedang tidak dibuka.

- Navigasi di luar konteks menuju situs yang diterima dari server command and control.

- Menghapus ikon aplikasi dari halaman depan ponsel dan folder aplikasi agar menyulitkan pengguna untuk uninstal aplikasi.

Yang menarik, penerbit aplikasi ini tidak gentar untuk tetap mengeluarkan aplikasi berbahaya meski sering dihapus oleh Google Play Store. Contohnya penerbit yang menerbitkan satu aplikasi baru tiap 11 hari, dan 17 hari kemudian aplikasi tersebut dihapus oleh Google.

"Angka ini menunjukkan saling kejar-kejaran, di mana Play Store terus memburu si penipu dan memeriksanya dengan menghapus aplikasi curang secepat mungkin setelah ditemukan," jelas WhiteOps.

"Tapi bahkan dengan rata-rata waktu kurang dari tiga minggu di Play Store, aplikasi tersebut tetap bisa mendapatkan pengguna: jumlah rata-rata instalasi untuk aplikasi itu yang kami analisis adalah 565.833," sambungnya.

Ini bukan pertama kalinya di tahun 2020 aplikasi kamera dan filter kecantikan berbahaya ditemukan oleh firma keamanan internet. Pada Januari lalu, Cybernews menemukan 30 aplikasi kamera dan filter yang mengandung malware berbahaya yang bisa mencuri data pribadi hingga memata-matai penggunanya.



[Ikuti Nusaperdana.com Melalui Sosial Media]



Tulis Komentar